pesantrendigital | April 22, 2019 |
Oleh HD. Iriyanto
(Inspirator Metamorphosis; Dosen Univ. AMIKOM Yogyakarta, Managing Director HDI Management Centre)
Salam Metamorfosa, Salam Perubahan…
Kendati mendadak, alhamdulillah saya masih diizinkan Allah untuk berbagi dengan para peserta camp Pesantren Digital. Pesantren ini dilaksanakan untuk membekali calon pengusaha maupun yang sudah jadi pengusaha agar memiliki literasi teknologi informasi yang lebih baik. Kepada para peserta diberikan materi motivasi, spiritual, dan strategi pemanfaatan teknologi informasi untuk mendukung tumbuh kembangnya bisnis.
Yang menurut saya luar biasa adalah seluruh pembiayaan ditanggung oleh panitia Pesantren Digital. Peserta tak dipungut biaya serupiah pun. Lalu, anak-anak muda yang tampil sebagai instruktur sekaligus mentor seluruhnya datang dari Bali. Mereka membiayai diri mereka sendiri untuk sampai ke Jogja. Masih ditambah lagi, mereka pun siap menanggung semua biaya konsumsi untuk peserta dan panitia.
Para pembaca yang siap berubah menjadi lebih baik…
Semangat berbagi dari anak-anak muda di atas sungguh luar biasa. Mereka tulus membagikan ilmu dan pengalaman praktis mereka kepada para peserta Pesantren Digital. Biaya yang mereka keluarkan pun dihimpun dari komunitas mereka sendiri, yakni komunitas Tangan Di Atas (TDA). Penyelenggaraan di Jogja ini merupakan penyelenggaraan yang ke 8.
Semangat berbagi yang luar biasa tersebut tentu saja tidak muncul secara tiba-tiba. Ada proses yang mesti diikuti dengan sabar, tekun dan telaten. Dari obrolan saya dengan Hendra, salah satu mentor yang hadir, dapat ditarik kesimpulan berikut ini.
Mewujudkan semangat berbagi dimulai dengan keinginan atau hasrat yang sangat kuat untuk membantu pihak lain. Awalnya Pesantren Digital ini diadakan untuk membantu remaja muslim di Denpasar agar mereka lebih dekat dengan masjid. Maka diadakanlah pelatihan membuat website, pelatihan internet marketing, pelatihan pemanfaatan gadget untuk jualan, dan lain-lain, yang tempatnya di masjid.
Di antara materi-materi yang terkait dengan IT, disisipkanlah kajian-kajian tentang agama dengan bahasa yang lebih cocok dengan dunianya anak-anak remaja. Ketika waktu sholat tiba, peserta diajak sholat berjamaah pada awal waktu. Mereka juga diberikan aneka macam ice breaking pemberi semangat, sehingga pelatihan menjadi semakin menarik .
Ternyata pendekatan tersebut dianggap mujarab untuk mendekatkan hati remaja muslim dengan masjid. Maka pada kemudian hari metode ini dikembangkan untuk masyarakat umum dengan nama Pesantren Digital.
Selain keinginan atau hasrat yang kuat, semangat berbagi juga harus dilandasi keyakinan bahwa dengan berbagi justru bisa melancarkan dan menyukseskan segala urusan, termasuk urusan bisnis. Diakui oleh para mentor, Hendra dan kawan-kawan, bisnis mereka justru semakin tumbuh dan berkembang ketika mereka mengambil sebagian waktu mereka untuk berbagi dengan orang lain.
Adapun hal yang terakhir, menumbuhkan semangat berbagi tidak perlu menunggu sampai rasa ikhlas itu hadir dalam diri kita. Sebab jika ini yang kita lakukan, semangat berbagi boleh jadi tidak pernah kita lakukan. Maka spontanitaslah yang harus kita latihkan pada diri kita, bukan nunggu sampai muncul keikhlasan. Ketika muncul keinginan berbagai, ya langsung saja kita lakukan.
Begitulah pembaca, kesimpulan yang saya dapatkan dari anak-anak muda yang me-ngagumkan tersebut. Semoga menginspirasi Anda. Keep spirit & change your life.
Sumber: Koran Harian Republika, terbitan Senin, 22 April 2019.